TERPINGGIRKANNYA PEJALAN KAKI OLEH KENDARAAN PRIBADI YANG SEMAKIN MERAJALELA
Pada zaman yang semakin maju ini, kita sangat jarang menemukan aktifitas berjalan kaki yang sehat dan ramah ligkungan. Itu dikarenakan pada zaman sekarang transportasi semakin membludak dan dikonsep untuk mempermudah setiap orang untuk melakukan aktifitasnya.
Setiap orang pada masa kini sangat bergantung pada kendaraan atau transportasi, dimana kendaraan juga mudah didapatkan. Pabrik-pabrik ataupun lembaga-lembaga penghasil kendaraan berlomba-lomba untuk mendapatkan banyak pembeli dan berlomba-lomba memproduksi kendaraan dengan berbagai kelebihan. Itu juga dibantu dengan adanya lembaga yang dapat membantu untuk mendapatkan kendaraan pribadi secara cepat, contohnya badan-badan perkereditan atau bank yang dapat meminjamkan uang untuk kebutuhan dengan jaminan yang tidak berat.
Jadi, Semakin mudahnya masyarakat untuk membeli kendaraan, menjadikan masyarakat sangat malas untuk berjalan kaki.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari separuh kecelakaan lalu lintas di dunia melibatkan pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor. Dan lebih dari 90% kecelakaan itu terjadi di negara berkembang. Itu adalah salah satu bukti bahwa pada masa kini masyarakat lebih senang menggunakan kendaraan daripada berjalan kaki sekalipun tempat yang dituju dekat.
Menurut data hasil wawancara saya kepada beberapa orang yang menggunakan kendaraan pribadi, mereka sangat puas menggunakan kendaraan pribadi karena jika menggunakan kendaraan umum itu tidak nyaman dan sangat membuang banyak waktu. Dan sebagian dari orang-orang yang saya wawancarai kendaraan yang mereka miliki memang mereka dapatkan dengan cara kredit atau meminjam uang di bank. Itu merupakan bukti yang sangat gamblang bahwa pada saat ini masyarakat lebih bergantung pada kemajuan teknologi maupun transportasi.
Contohnya saja Kota Jakarta merupakan Kota Megapolitan yang ada di Indonesia bahkan
Jakarta menjadi Ibu Kota Negara Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km²
(lautan: 6.977,5 km²) dengan penduduk sebesar 10.187.595 jiwa (2011), sebagai ibu
kota negara banyak masyarakat yang datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan
karena menurut mereka Kota Jakarta adalah pusat kegiatan ekonomi terbesar
pertama dan merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan
swasta dan perusahaan asing bahkan Kota Jakarta menjadi tempat kedudukan
lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. karena itu banyak
permasalahan yang timbul di dalam kota tersebut contohnya kurangnya fasilitas
umum, kurangnya fasilitas trasnsportasi, kurangnya infrastruktur dll. Di Kota-kota
besar di Indonesia secara umum telah di tetapkan sebagai pusat pembangunan
wilayah dan ekonomi dari berbagai aspek yang menunjangnya termasuk aspek
pedestrian dalam lingkungan fasilitas transportasi khususnya sebagai sarana
penunjang terminal. Di Jakarta Barat khususnya masalah jalur pejalan kaki adalah
masalah yang belum dapat diatasi secara tuntas hal ini disebabkan karena
perencanaan jalur pejalan kaki sebagai bagian dari elemen sebuah kota tidak
dilakukan secara menyeluruh, dalam arti tidak saling terhubung dengan elemenelemen
perkotaan lainnya.
Berjalan kaki merupakan bagian dari sistem transportasi atau sistem
penghubung kota (linkage system) yang cukup penting. Karena dengan berjalan kaki
kita dapat mencapai semua sudut kota yang tidak dapat ditempuh dengan kendaraan
(Adisasmita,2011). Dan semakin banyaknya penduduk yang datang dan menetap di
wilayah perkotaan seperti Jakarta Barat berdampak pada kebutuhan fasilitas di
wilayah perkotaan. Termasuk kurangnya kebutuhan fasilitas terminal dan sarana
penunjangnya. Seperti yang terjadi di Terminal Kalideres fasilitas dan sarana
2
penunjang Terminal Kalideres dengan luas terminal 35.344 m² dan jumlah
penumpang keluar masuk sebesar 1.025 jiwa maka Terminal Kalideres kekurangan
fasilitas untuk menunggu jadwal keberangkatan angkutan dan fasilitas penunjang
terminal.
Terminal Kalideres merupakan salah satu sarana transportasi yang ada di
daerah Jakarta Barat yang memiliki kekurangan pada jalur pejalan kaki karena
penyempitan jalur pejalan kaki yang telah berubah fungsi, dari lebar pedestrian 4
meter menjadi 2 meter yang digunakan oleh pedagang kaki lima sebagai kawasan
pergadangan. Kebutuhan pengguna jalur pejalan kaki bertambah banyak yaitu
sebesar 22,6% atau sekitar 4,8 juta perjalanan/hari dengan jumlah penumpang
terminal 1.025 jiwa. Menghapus sama sekali pedagang kaki lima memang tidak
mungkin,sehingga alternatifnya adalah bagaimana mengatur mereka agar tidak
mengganggu mobilitas dan sirkulasi pejalan kaki. Sebenarnya para pejalan kaki
maupun pedagang kaki lima adalah dua golongan masyarakat yang saling
membutuhkan, namun dalam memanfaatkan kaki lima terjadi bentrok kepentingan.
Karena itu meskipun pedagang terpaksa diijinkan berdagang di trotoar, namun
haruslah berpegang teguh pada prinsip bahwa fungsi trotoar terutama adalah untuk
pejalan kaki.
Berkurangnya jalur pejalan kaki ini maka para pejalan kaki tidak lagi
menggunakan jalur pejalan kaki yang tersedia, karena sudah tertutup dan minimnya
lebar jalur pejalan kaki dengan volume pejalan kaki yang semakin bertambah
dengan para pedagang kaki lima, sehingga mereka harus turun ke badan jalan untuk
berjalan dan harus bertarung nyawa dengan kendaraan yang berlalau lalang di
sepanjang jalan. terutama kendaraaan bermotor yang semakin bertambah dengan
jumlah kendaraan ± 8.43 juta unit, kendaraan pribadi ± 8,32 juta (98,7%) dan
angkutan umum ± 106.303 (1,3%)1 yang rata-rata tidak tertib lalu lintas. Banyak
masyarakat pengguna jalur pejalan kaki di kawasan Terminal Kalideres yang 3
menjadi korban kecelakaan dari kendaraan baik itu kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi seperti motor dan mobil pribadi.
Pada kawasan Terminal Kalideres, sirkulasi manusia dan kendaraan umum
setiap harinya semakin meningkat karena kawasan ini merupakan salah satu sarana
fasilitas transportasi yang skalanya cukup besar yaitu skala pelayanan type A, selain
wilayahnya yang strategis di jalur arteri primer di pinggir Kota Jakarta yang dapat
menghubungkan antara Kota Jakarta dengan Kota Tangerang. Banyak masyarakat
yang banyak yang beraktivitas di kawasan tersebut, naik dan turun kendaraan umum,
menyeberang jalan diantara deretan mobil, berjalan kaki ke tempat yang jauh untuk
mendapatkan kendaraan umum yang menuju ke arah tujuan, berjalan kaki diantara
mobil parkir, karena jalur pejalan kaki digunakan untuk aktivitas lainnya. Hal ini
harus diimbangi dengan cukupnya penyediaan dan peningkatan mutu fasilitas
pelayanan publik, seperti jalur pejalan kaki untuk pejalan kaki dan sirkulasi
kendaraan serta area parkir. Dengan latar belakang tersebutlah maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian berdasarkan isu permasalahan di atas.
(Buku Trayek Angkutan Umum, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.)
Dari sekian banyak penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat pada saat ini memang tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi dan transportasi, dimana dalam persepsi mereka bahwa kemajuan ini memang sangat membantu setiap aktifitas mereka. Maka dari itu kita sebagai generasi yang memang mengikuti perkembangan zaman ini, kita juga harus pintar memilah dan memilih apa yang kita butuhkan. Kita juga harus memperhatikan dampak apa jika kita hanya mengikuti perkembangan zaman ini.
Demikian pengetahuan yang bisa saya bagi, jika ada kata atau kutipan yang sama saya mohon maaf. Terimakasih.
Sumber : http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-7836-bab1.pdf
http://www.hijauku.com/2011/12/20/pejalan-kaki-semakin-tersisih/
Komentar
Posting Komentar